Dulu saya sempat bingung, kok bisa ya halaman website orang muncul di Google, tapi website saya nggak?
Ternyata Google punya cara sendiri buat nemuin dan nampilin halaman kita.
Pas saya baca panduan resmi Google yang judulnya Memulai Dokumentasi Dasar-Dasar Penelusuran, baru deh saya paham jalurnya.
Di panduan itu dijelasin kalau Google kerjanya lewat tiga tahap: crawling, indexing, sama serving.
Kalau bahasa gampangnya, Google itu kayak orang keliling kampung (crawling), terus nyatet rumah-rumah mana aja yang ada (indexing), dan pas ada yang nanya alamat rumah tertentu, dia kasih petunjuknya (serving).
Jadi kalau situs kita mau ketemu orang, ya harus masuk catatan Google dulu.
SEO juga dibahas di situ, dan ini ternyata penting banget.
Bayangin punya warung di pinggir jalan, tapi nggak pasang papan nama, orang lewat ya nggak akan tahu.
Nah, SEO ini ibarat papan nama, spanduk, dan tata letak yang bikin orang gampang nemu warung kita.
Google juga bilang kalau isi website harus bermanfaat buat orang.
Bukan cuma sekadar banyak kata, tapi isinya harus nyambung sama yang dibutuhkan orang.
Kalau isinya ngaco, ya meskipun ketemu di Google, orang nggak bakal betah.
Terus ada yang namanya sitemap atau peta situs.
Kalau di kampung, ini mirip peta sawah—biar orang tahu sawah siapa ada di mana.
Dengan peta ini, Google jadi gampang nemuin semua halaman penting di website kita.
Ada juga robots.txt, ini lucu namanya tapi penting.
Bayangin kita punya kebun, terus kita pasang tulisan “Jangan masuk ke sini” di beberapa sudut, itu kan ngasih tahu orang area mana yang boleh atau nggak boleh dimasukin.
Nah, robots.txt ini ngasih tahu Google halaman mana yang boleh dirayapi dan mana yang nggak.
Kanonikalisasi juga dibahas, walau awalnya saya agak garuk-garuk kepala dengar istilahnya.
Ternyata maksudnya cuma nunjukin halaman utama kalau ada beberapa halaman yang mirip isinya.
Supaya Google nggak bingung dan peringkatnya nggak terbagi-bagi.
Buat website yang pakai lebih dari satu bahasa atau target ke negara lain, ada tips khusus.
Google ngajarin pakai hreflang, semacam penanda bahasa biar pengunjung diarahkan ke versi yang pas.
Kalau mau pindahan website, juga diajarin caranya biar nggak hilang di mata Google.
Saya juga baru ngerti ada istilah crawl budget.
Ini kayak waktu ronda keliling kampung—nggak semua rumah dikunjungi tiap malam, cuma yang dianggap penting aja.
Kalau website kita isinya rapi dan jelas, Google jadi rajin mampir.
Terakhir, Google ngingetin soal aturan mainnya.
Kalau kita melanggar, ya siap-siap aja website kita jarang nongol di hasil pencarian.
Makanya, ikut panduan ini itu ibarat patuh sama peraturan kampung, biar semua aman dan tertib.
Diatas adalah teori tentang SEO. Bagi yang berminat belajar secara praktek bisa ikuti saluran Ngopi (Ngobrol Aplikasi)